INFLASI DI
INDONESIA
A.
Definisi
Inflasi
Istilah
inflasi banyak digunakan dalam pemerintahan terutama dalam bidang perekonomian.
Pemerintah berusaha menekan laju angka inflasi agar tidak terus naik.
Negara-negara berkembang termasuk Indonesia pada umumnya mempunyai angka
inflasi yang cukup tinggi. Namun yang paling merasakan dampak inflasi adalah
masyarakat luas terutama golongan ekonomi lemah. Karena inflasi para ibu rumah
tangga mengeluhkan harga-harga di pasar naik terus. Mau belanja ke pasar
uangnya tidak cukup.
Pengertian
dan Definisi inflasi harus diketahui secara pasti agar kita dapat memahami
gejolak harga yang terjadi di pasar dapat digolongkan ke dalam inflasi atau
bukan. Pengertian Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi
barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata
uang secara kontinu.
Inflasi
adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi.
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi
jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang
paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi
dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat,
dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah
angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100%
setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun.
- Faktor-faktor penyebab meningkatnya angka inflasi
- Macam-macam dan jenis inflasi
- Dampak dari inflasi
- Cara mengukur inflasi
- Siapa yang dapat mengendalikan inflasi
B. Inflasi 3 tahun
terakhir di Indonesia
Target
atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank
Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi
berdasarkan UU mengenai Bank Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota
Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan
untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Berdasarkan
PMK No.66/PMK.011/2012 tentang Sasaran Inflasi tahun 2013, 2014, dan 2015
tanggal 30 April 2012 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah
untuk periode 2013 – 2015, masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4%
masing-masing dengan deviasi ±1%.
Sasaran
inflasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dan
masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya ke depan sehingga tingkat
inflasi dapat diturunkan pada tingkat yang rendah dan stabil. Pemerintah dan
Bank Indonesia akan senantiasa berkomitmen untuk mencapai sasaran inflasi yang
ditetapkan tersebut melalui koordinasi kebijakan yang konsisten dengan sasaran
inflasi tersebut. Salah satu upaya pengendalian inflasi menuju inflasi yang rendah
dan stabil adalah dengan membentuk dan mengarahkan ekspektasi inflasi
masyarakat agar mengacu (anchor) pada sasaran inflasi yang telah
ditetapkan (Lihat Peraturan Menteri Keuangan tentang sasaran inflasi
2013, 2014, dan 2015)
Angka target atau sasaran inflasi
dapat dilihat pada web site Bank Indonesia atau web site instansi Pemerintah
lainnya seperti Departemen Keuangan, Kantor
Menko Perekonomian, atau Bappenas. Sebelum UU
No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Sementara setelah UU tersebut, dalam rangka meningkatkan
kredibilitas Bank Indonesia maka sasaran inflasi ditetapkan oleh Pemerintah.
|
Tahun
|
Target Inflasi
|
Inflasi Aktual
(%, yoy) |
|
2001
|
4%
- 6%
|
12,55
|
|
2002
|
9%
- 10%
|
10,03
|
|
2003
|
9
+1%
|
5,06
|
|
2004
|
5,5
+1%
|
6,40
|
|
2005
|
6
+1%
|
17,11
|
|
2006
|
8
+1%
|
6,60
|
|
2007
|
6
+1%
|
6,59
|
|
2008
|
5
+1%
|
11,06
|
|
2009
|
4,5
+1%
|
2,78
|
|
2010
|
5+1%
|
6,96
|
|
2011
|
5+1%
|
3,79
|
|
2012
|
4.5+1%
|
4,30
|
|
2013
|
4.5+1%
|
8,38
|
|
2014*
|
4.5+1%
|
8,36
|
|
2015*
|
4+1%
|
|
*) berdasarkan PMK No.66/PMK.011/2012 tanggal 30 April 2012.
C. Hubungan
inflasi dengan saham Bank Indonesia
mengukur perkembangan perekonomian suatu
negara, karena dalam dunia pasar modal dikenal adanya composite index. Indeks
ini mewakili pergerakan seluruh saham publik yang tercatat (listing) di bursa
efek.Oleh karena itu, indeks komposit dijadikan sebagai tolok ukur untuk melihat
apakah pasar saham sedang dalam kondisi bullishdan bearish (Ang, 1997 dalam R.Adisetiawan 257,Adisetiawan, 2011). Indeks tersebut di
Indonesia dikenal dengan nama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pertumbuhan ekonomi yang
melambat, hal ini juga ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan
tingkat suku bunga yang merupakan faktor-faktor penyebab buruknya kinerja pasar
modal, karena indikator-indikator makro ekonomi tersebut ikut serta memberikan andil
yang kuat bagi pertumbuhan pasar modal (Samsul, 2006 dalam Adisetiawan, 2011). Realitas
ini terlihat pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia
selama periode 1995.1-2012.3. Ketika kondisi fundamental ekonomi mengalami perbaikan,
juga diikuti dengan IHSG yang mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dengan
trend meningkatnya IHSG selama periode 1995.1-2012.3, bahkan pada bulan Juli
2011 indeks harga saham mencapai level 4.130,80 point yang merupakan level tertinggi
selama 16 tahun terakhir. Meningkatknya indeks harga saham di Bursa Efek
Indonesia dalam kurun waktu yang relatif singkat telah memperkuat opini bahwa pasar
modal telah berhasil mengaktualisasikan sebagai instrumen ekonomi yang dapat bermanfaat
bagi kepentingan roda perekonomian negara Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel-variabel makroekonomi sudah mulai masuk dalam keseimbangan jangka panjang
yang diharapkan pemerintah (Therik, 2004). Menurut Iswardono (1997), salah
satu kebijakan moneter yang diambil pemerintah
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar adalah dengan cara menaikkan tingkat
suku bunga dengan tujuan untuk meredam meningkatnya laju inflasi. Kenaikan BI rateakan
membuat kecenderungan pemilik modal menga
lihkan modalnya ke pasar modal, yang tentunya
akan berakibat positif terhadap pasar modal yang ditandai dengan kenaikan
indeks harga saham. Investor akan lebih tertarik menanamkan modalnya di pasar
modal karena returnyang akan diterima lebih besar dibandingkan dengan return yang
diperoleh dari bunga bank, walaupun dengan tingkat risiko yang lebih besar
(Sirait, 2004).Pada penelitian sebelumnya, Adisetiawan dan Hasminidiarty
(2011), BI ratedan tingkat inflasi merupakan variabel makroekonomi yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks
harga saham, hal ini dikarenakankedua variabel
tersebut mempunyai pengaruh terhadap risiko
investasi saham.Tingkat inflasi tetap
digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan terkait dengan
kemampuan angka inflasi dalam mempengaruhi
penurunan daya beli konsumen terhadap suatu
produk sehingga dapat mengurangi laba yang
dihasilkan oleh perusahaan. BI rate tetap
dipergunakan dalam penelitian ini, dikarenakan
tingkat bunga digolongkan biaya, sehingga suku bunga bank dapat mempengaruhi
aktivitas ekonomi dan laba perusahaan. Krisis moneter yang melanda Indonesia
pada tahun 1997-2003 mengakibatkan jumlah uang yang beredar terlalu banyak di
masyarakat, karena dengan bertambahnya jumlah uang yang beredar merupakan salah
satu penyebab terjadinya kenaikan harga barang-barang secara umum, sehingga
tingkat inflasi semakin meningkat. Untuk mengatasi hal ini, maka upaya yang dilakukan
pemerintah melalui Bank Indonesia adalah dengan menaikkan suku bunga, hal ini dilakukan
Bank Indonesia dengan tujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas yang ada di masyarakat,
sehingga uang yang dipegang masyarakat tidak digunakan untuk melakukan konsumsi
berlebihan. Penurunan BI rate yang diikuti dengan penurunan inflasi mendorong keinginan
masyarakat untuk lebih cenderung menginvestasikan uang mereka di pasar modal yang
akan berdampak pada kenaikan IHSG seperti halnya pada bulan Juli 2011 indeks
IHSG mencapai level4.130,80 point, karena masyarakat ingin mendapatkan returnyang
lebih tinggi melalui investasi di pasar modal daripada menabungkan uang mereka
pada pasar uang yang memberikan return yang rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar