Senin, 06 April 2015

Tugas Softskill

INFLASI DI INDONESIA
A.     Definisi Inflasi
Istilah inflasi banyak digunakan dalam pemerintahan terutama dalam bidang perekonomian. Pemerintah berusaha menekan laju angka inflasi agar tidak terus naik. Negara-negara berkembang termasuk Indonesia pada umumnya mempunyai angka inflasi yang cukup tinggi. Namun yang paling merasakan dampak inflasi adalah masyarakat luas terutama golongan ekonomi lemah. Karena inflasi para ibu rumah tangga mengeluhkan harga-harga di pasar naik terus. Mau belanja ke pasar uangnya tidak cukup.
Pengertian dan Definisi inflasi harus diketahui secara pasti agar kita dapat memahami gejolak harga yang terjadi di pasar dapat digolongkan ke dalam inflasi atau bukan. Pengertian Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
  • Faktor-faktor penyebab meningkatnya angka inflasi
  • Macam-macam dan jenis inflasi
  • Dampak dari inflasi
  • Cara mengukur inflasi
  • Siapa yang dapat mengendalikan inflasi




B.     Inflasi 3 tahun terakhir di Indonesia
Target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi berdasarkan UU mengenai Bank Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Berdasarkan PMK No.66/PMK.011/2012 tentang Sasaran Inflasi tahun 2013, 2014, dan 2015 tanggal 30 April 2012  sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2013 – 2015, masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% masing-masing dengan deviasi ±1%.
Sasaran inflasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya ke depan sehingga tingkat inflasi dapat diturunkan pada tingkat yang rendah dan stabil. Pemerintah dan Bank Indonesia akan senantiasa berkomitmen untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan tersebut melalui koordinasi kebijakan yang konsisten dengan sasaran inflasi tersebut. Salah satu upaya pengendalian inflasi menuju inflasi yang rendah dan stabil adalah dengan membentuk dan mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat agar mengacu (anchor) pada sasaran inflasi yang telah ditetapkan (Lihat Peraturan Menteri Keuangan tentang sasaran inflasi 2013, 2014, dan 2015)
Angka target atau sasaran inflasi dapat dilihat pada web site Bank Indonesia atau web site instansi Pemerintah lainnya seperti Departemen Keuangan, Kantor Menko Perekonomian, atau Bappenas. Sebelum UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sementara setelah UU tersebut, dalam rangka meningkatkan kredibilitas Bank Indonesia maka sasaran inflasi ditetapkan oleh Pemerintah.
Tahun
Target Inflasi
Inflasi Aktual
(%, yoy)
2001
4% - 6%
12,55
2002
9% - 10%
10,03
2003
9 +1%
5,06
2004
5,5 +1%
6,40
2005
6 +1%
17,11
2006
8 +1%
6,60
2007
6 +1%
6,59
2008
5 +1%
11,06
2009
4,5 +1%
2,78
2010
5+1%
6,96
2011
5+1%
3,79
2012
4.5+1%
4,30
2013
4.5+1%
8,38
2014*
4.5+1%
8,36
2015*
4+1%

*) berdasarkan PMK No.66/PMK.011/2012 tanggal 30 April 2012.

C.    Hubungan inflasi dengan saham Bank Indonesia

Pasar modal merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat digunakan untuk
mengukur perkembangan perekonomian suatu negara, karena dalam dunia pasar modal dikenal adanya composite index. Indeks ini mewakili pergerakan seluruh saham publik yang tercatat (listing) di bursa efek.Oleh karena itu, indeks komposit dijadikan sebagai tolok ukur untuk melihat apakah pasar saham sedang dalam kondisi bullishdan bearish (Ang, 1997 dalam R.Adisetiawan 257,Adisetiawan, 2011). Indeks tersebut di Indonesia dikenal dengan nama Indeks Harga Saham  Gabungan (IHSG). Pertumbuhan ekonomi yang melambat, hal ini juga ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan tingkat suku bunga yang merupakan faktor-faktor penyebab buruknya kinerja pasar modal, karena indikator-indikator makro ekonomi tersebut ikut serta memberikan andil yang kuat bagi pertumbuhan pasar modal (Samsul, 2006 dalam Adisetiawan, 2011). Realitas ini terlihat pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia selama periode 1995.1-2012.3. Ketika kondisi fundamental ekonomi mengalami perbaikan, juga diikuti dengan IHSG yang mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan dengan trend meningkatnya IHSG selama periode 1995.1-2012.3, bahkan pada bulan Juli 2011 indeks harga saham mencapai level 4.130,80 point yang merupakan level tertinggi selama 16 tahun terakhir. Meningkatknya indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu yang relatif singkat telah memperkuat opini bahwa pasar modal telah berhasil mengaktualisasikan sebagai instrumen ekonomi yang dapat bermanfaat bagi kepentingan roda perekonomian negara Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel makroekonomi sudah mulai masuk dalam keseimbangan jangka panjang yang diharapkan pemerintah (Therik, 2004). Menurut Iswardono (1997), salah
satu kebijakan moneter yang diambil pemerintah untuk mengurangi jumlah uang yang beredar adalah dengan cara menaikkan tingkat suku bunga dengan tujuan untuk meredam meningkatnya laju inflasi. Kenaikan BI rateakan membuat kecenderungan pemilik modal menga
lihkan modalnya ke pasar modal, yang tentunya akan berakibat positif terhadap pasar modal yang ditandai dengan kenaikan indeks harga saham. Investor akan lebih tertarik menanamkan modalnya di pasar modal karena returnyang akan diterima lebih besar dibandingkan dengan return yang diperoleh dari bunga bank, walaupun dengan tingkat risiko yang lebih besar (Sirait, 2004).Pada penelitian sebelumnya, Adisetiawan dan Hasminidiarty (2011), BI ratedan tingkat inflasi merupakan variabel makroekonomi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap indeks
harga saham, hal ini dikarenakankedua variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap risiko
investasi saham.Tingkat inflasi tetap digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan terkait dengan
kemampuan angka inflasi dalam mempengaruhi penurunan daya beli konsumen terhadap suatu
produk sehingga dapat mengurangi laba yang dihasilkan oleh perusahaan. BI rate tetap
dipergunakan dalam penelitian ini, dikarenakan tingkat bunga digolongkan biaya, sehingga suku bunga bank dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi dan laba perusahaan. Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997-2003 mengakibatkan jumlah uang yang beredar terlalu banyak di masyarakat, karena dengan bertambahnya jumlah uang yang beredar merupakan salah satu penyebab terjadinya kenaikan harga barang-barang secara umum, sehingga tingkat inflasi semakin meningkat. Untuk mengatasi hal ini, maka upaya yang dilakukan pemerintah melalui Bank Indonesia adalah dengan menaikkan suku bunga, hal ini dilakukan Bank Indonesia dengan tujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas yang ada di masyarakat, sehingga uang yang dipegang masyarakat tidak digunakan untuk melakukan konsumsi berlebihan. Penurunan BI rate yang diikuti dengan penurunan inflasi mendorong keinginan masyarakat untuk lebih cenderung menginvestasikan uang mereka di pasar modal yang akan berdampak pada kenaikan IHSG seperti halnya pada bulan Juli 2011 indeks IHSG mencapai level4.130,80 point, karena masyarakat ingin mendapatkan returnyang lebih tinggi melalui investasi di pasar modal daripada menabungkan uang mereka pada pasar uang yang memberikan return yang rendah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar