Selomangleng,
Gua dengan Pesona Relief
Gua Selomangleng
merupakan objek wisata populer di Kotamadya Kediri
yang berada di utara kota dan dilengkapi akses jalan raya yang mulus,
tersedia angkutan kota dan dekat dengan universitas serta SMA Negeri
di Kota Kediri.
Dinamakan Selomangleng dikarenakan lokasinya yang berada di lereng
bukit (bahasa
Jawa: Selo
= batu, Mangleng
= miring), kira-kira 40 meter dari tanah terendah di kawasan. Gua ini
terbentuk dari batu andesit hitam yang berukuran cukup besar,
sehingga nampak cukup menyolok dari kejauhan.
- Sejarah Gua Selomangleng
Dari cerita yang
beredar, Gua Selomangleng dulu pernah digunakan oleh Dewi
Kilisuci
sebagai tempat pertapaan. Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja
Erlangga
yang menolak menerima tahta kerajaan yang diwariskan kepadanya, dan
lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia dengan cara
melakukan tapabrata di Gua Selomangleng. Terlepas dari gelap dan
pengapnya suasana dalam gua, objek wisata Gua Selomangleng patut
dikunjungi saat anda berada di Kediri. Tak jauh dari lokasi gua ini
juga terdapat museum Airlangga yang merupakan museum
purbakala
yang bisa dikunjungi dan banyak sekali menyimpan benda-benda
arkeologi berupa patung/arca. Dan sekarang, Goa Selomangleng diberi
fasilitas lain seperti kolam renang dengan aneka wahananya dan juga
arena bermain anak. Selain mengunjungi goa pengunjung juga dapat
"sedikit" olahraga dengan naik ke Gunung
Maskumambang
yang hijau dan asri serta banyak terdapat ayam
hutan
yang berada di samping Museum
Airlangga.
Untuk naik gunung, pengunjung tidak berlu bersusah - susah karena
telah dibangun tangga untuk naik ke atas. Atau pengunjung yang ingin
mencoba tantangan dapat naik ke atas Gunung
Klothok
yang dipuncaknya terdapat sumber mata air yang bernama 'Elo'. Selain
berwisata sejarah, pengunjung dapat berwisata outbound, jadi badan
bisa sehat dan wawasan akan sejarahpun bertambah.
- Keindahan Gua Selomangleng
Sepintas tidak ada
yang istimewa di gua
batu ini, keunikan baru terlihat begitu mendekati pintu gua. Beberapa
meter dibawah mulut gua terdapat beberapa bongkahan batu yang
berserakan. Sebagian diantaranya terdapat pahatan, menandakan bahwa
tempat ini sudah pernah disentuh manusia. Berbagai corak relief
menghiasai dinding luar gua, diantaranya ada yang berbentuk manusia.
Melongok ke dalam
gua, suasana gelap gulita dan aroma dupa yang cukup menyengat datang
menyambut pengunjung. Tidak heran bila ada beberapa pengunjung yang
takut atau berfikir panjang sebelum memutuskan untuk memasukinya.
Kesan mistis terasa kental sekali saat berada di dalamnya. Beberapa
pengunjung nampak buru-buru keluar setelah tidak lama memasuki ruang
karena, dikarenakan tidak kuat dengan aroma dupa yang menyengat. Gua
yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikannya kedap air. Tidak
ada stalagtit
maupun stalagmit
yang umum dijumpai pada gua-gua alam. Terdapat tiga ruangan dalam
gua, dari pintu masuk kita akan tiba di ruangan utama yang tidak
begitu lebar dengan sebuah pintu kecil di sisi kiri dan kanan untuk
menuju ruangan lain dari dalam gua. Di dalam gua ini banyak sekali
dijumpai relief
yang menghiasi dinding gua.
Diperlukan
penerangan tambahan untuk bisa melihatnya dengan jelas. Pada dasar
lantai banyak sekali ditemukan bunga-bunga sesajen berwarna merah dan
kuning yang masih segar. Suatu pertanda bahwa tempat ini cukup sering
digunakan untuk mengasingkan diri, bertapa atau tirakat bagi kalangan
malpractice tertentu.
Memasuki ruangan
sebelah kiri dari pintu masuk gua, pengunjung mesti sedikit merangkak
dikarenakan ukuran pintunya yang cukup kecil. Ketika mencoba memasuki
ruangan tersebut, praktis cahaya yang ada semakin minim dikarenakan
tidak adanya penerangan pada ruang tersebut. Ditambah ruangannya yang
kecil dengan atap yang rendah sehingga kesan sempit dan sumpek
mendominasi suasana dalam ruangan tersebut. Sulit kali untuk melihat
apa saja yang ada di dalam ruangan tersebut. Ketika mencoba
menelusuri dinding gua dengan penerangan dari telpon genggam, barulah
terlihat bahwa bagian dalam gua tersebut juga memiliki relief-relief
yang senada dengan bagian luar gua. Berbeda dengan ruang sebelah kiri
gua, pada sisi kanan gua, terdapat relief pada bagain atas dari pintu
masuk.
Mirip dengan relief
yang sering menghiasi bagian atas dari pintu masuk candi. Ruangan ini
sedikit lebih lebar dari sisi kiri. Pada dinding gua, terdapat bagian
yang menonjol dengan cerukan kecil dibagian bawahnya, membentuk
tungku. Sebatang dupa yang masih menyala nampak berada di dalam
tungku tersebut, menebarkan aroma menyengat yang memenuhi seluruh
ruangan. Relief-relief yang ada masih bisa terlihat cukup jelas untuk
dinikmati.
- Nilai Estetika dari Gua Selomangleng
Gua Selomanglengyang
terkenal dengan tempat pertapaan putri Kediri yakni Dewi Kilisuci
memiliki nilai estetika yang tinggi karena dari relief-relief yang
ada di dalam gua mengandung unsur- unsur kebudayaan beserta unsur
sejarah bernilai. Selain itu dari relief-relief indah yang dipahat
pada dinding gua menggambarkan keadaan Kerajaan Kediri beserta
kehidupan masyarakat Kediri dalam masalah spiritual pada masa itu.
Dari setiap relief yang ada memiliki arti sendiri-sendiri, mulai dari
relief berwujud manusia, kepala ular, dll. Dikawasan Gua Selomangleng
juga memiliki panorama alam yang juga tidak kalah cantik, karena
lokasinya yang diapit oleh Gunung Klotok, bukit-bukit kecil dan area
persawahan menghijau, di area ini juga dapat mempelajari sejarah
sekaligus berwisata alam, disediakan juga tangga kecil untuk naik ke
atas gua disana dapat menikmati pemandangan Kota Kediri dari atas.
Disediakan juga museum yang letaknya tidak jauh dari Gua, disana kita
dapat melihat beraneka ragam peninggalan sejarah, seperti
prasasti-prasasti dan arca-arca.
- Ancaman di Area Wisata Gua Selomangleng
Sampai sejauh ini
tidak ada upaya terencana dari instansi terkait untuk membuat situs
Selomangleng terpahami secara memadai oleh masyarakat yang berdiam di
sekitarnya (untuk kemudian memampukan mereka untuk melakukan
pemeliharaan secara signifikan). Perhatian yang ada hanya ala
kadarnya saja. Dalam banyak hal yang terjadi malah sebaliknya.
Kawasan Selomangleng sekarang ini justru lebih diriuhkan oleh
berbagai macam kegiatan yang tidak hanya akan mengurangi respek
masyarakat terhadap keberadaan si situs, namun juga mengancam
keaslian dan keutuhannya. Keberadaan tempat hiburan (kolam renang,
panggung hiburan dan sejenisnya) yang dibangun secara permanen hanya
beberapa belas meter dari situs, beberapa patung yang lenyap dan
ditambal secara serampangan dengan menggunakan semen merupakan bukti
nyata ancaman tersebut. Walaupun tidak jauh dari lokasi tersebut
berdiri museum, namun keberadaannya praktis tidak menggetarkan
siapapun. Praktis tidak ada aksi-aksi 'spektakuler' pihak
penanggung-jawab temuan arkeologis tersebut untuk membuat situs
Selomangleng lebih bermakna bagi masyarakat dan bangsa ini.
Referensi Sumber:




