Masalah Papua Representasi
Kesenjangan Sosial Tinggi
Ditulis
oleh Ant/Ida/Papos
JAKARTA
[PAPOS] – Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Nia Elvina, M.Si
menyatakan bahwa masalah konflik di Papua, termasuk penembakan terhadap anggota
TNI, adalah representasi dari masih terjadinya kesenjangan sosial yang masih
sangat tinggi yang terjadi di provinsi itu.
"Dari berbagai riset
yang pernah dilakukan, potensi masyarakat Papua untuk melawan pemerintahan yang
sah itu sangat minim," katanya di Jakarta, Kamis.
Yang ada, kata dia, keluhan
mereka adalah ketika banyak kasus yang terjadi, mereka selalu mempertanyakan
peran negara, yakni ketika terjadi baku tembak antara masyarakat Papua dengan
aparat keamanan atau pertahanan negara yang bertugas memproteksi kepentingan kapitalis
asing di sana.
"Masyarakat Papua selalu
menanyakan mengapa tentara atau polisi kita, tidak sayang kepada masyarakat
Papua," tutur anggota kelompok peneliti studi perdesaan Universitas
Indonesia (UI) itu.
Karena itu, menurut dia,
kurang bijak jika pemerintah melihat kasus ini sebagai kasus separatisme.
"Pemerintah harus melihat lebih mendalam. Aktor dan kepentingan mana yang
terlibat dalam kasus ini," ucapnya.
Ditegaskannya bahwa negara
harus lebih mencermati kasus ini. "Jangan sampai alat pertahanan negara
kita diperalat oleh kepentingan kapitalis asing untuk berkonfrontasi dengan
rakyat Indonesia sendiri," ujarnya.
Menurut dia, semua pihak
mengetahui bagaimana kondisi perkembangan sosial, ekonomi dan politik di Papua.
"Kekayaan alam mereka selalu
dieksploitasi oleh kapitalis asing yang sangat tidak berdampak bagi kemajuan
masyarakat kita, khususnya masyarakat Papua," paparnya.
"Saya khawatir dengan
perpanjangan izin terus menerus terhadap kapitalis asing, masyarakat Papua
tidak akan pernah sejahtera," tambah Sekretaris Program Sosiologi Unas
itu.
Ia menegaskan bahwa yang
dibutuhkan oleh masyarakat Papua adalah keadilan sosial dan kesejahteraan
bersama. "Selama pemerintah belum berpihak kepada kepentingan rakyat,
selama itu juga akan selalu muncul konflik sosial," katanya. [ant/ida]
Sumber:
http://www.papuapos.com/index.php/utama/item/1333-masalah-papua-representasi-kesenjangan-sosial-tinggi
8Opini :
Sesuai
dengan berita tersebut, konflik yang terjadi di Papua dilatar belakangi oleh
sebuah kecemburuan sosial antara pihak perusahaan perusahaan yang
mengeksplorasi kekayaan alam Papua dan masyarakat asli Papua. Dari kecemburuan
sosial ini akan mendorong terjadinya masalah-masalah sosial yang lain seperti
kasus penembakan aparat pemerintahan, seolah hal ini pantas mereka lakukan
sebagai upaya pembalasan kesenjangan yang terjadi pada mereka. Dari sini
pemerintah seharusnya dapat menstabilkan kesenjangan yang terjadi antara
masyarakat Papua dengan perusahaan asing yang mengeksplor kekayaan alam secara
besar-besaran, misalnya saja mengadakan pelatihan untuk masyarakat Papua
bagaimana cara mengolah dan mengeksplor kekayaan alam yang mereka memiliki,
karena tanpa diadakan pelatihan mungkin saja masyarakat Papua belum paham
bahkan tidak mengerti sama sekali cara pengolahannya seperti yang kita tahu
masyarakat Papua bisa dikatakan keterbelakangan dalam masalah ilmu pengetahuan.
Sehingga jika kekayaan alam diolah oleh masyarakat Papua sendiri serta kekayan
alam di Indonesia tidak di ambil oleh perusahaan asing, keuntungan dari hasil
kekayaan tersebut juga dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia sendiri, bukan
perusahaan asing serta sedikit demi sedikit konflik-konflik yang terjadi di
Papua dapat terselesaikan. Tetapi pada kenyataannya pemerintah belum menyadari
hal ini, seolah pemerintah hanya menguntungkan pihak asing dan membiarkan
masyarakat Papua menderita melihat hasil kekayaan alam mereka dinikmati orang
lain, selama masalah kesenjangan ini belum dapat terselesaikan akan muncul
konflik-konflik lain di Papua.