Senin, 12 Oktober 2015

Tugas Softskill Bahasa Indonesia

PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Pengertian bahasa menurut para ahli
          
1.) Gorys Keraf
 Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2.) Bill Adams
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individi dalam sebuah konteks inter-subjektif
3.)Wittgenstein
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas dan memiliki bentuk dan struktur logis.
4.)Ferdinand De Saussure
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap elompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.
5.)Plato
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata ( nama benda atau sesuatu ) dan themata ( ucapan ) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
6.)Bloch dan Tragger
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.
7.) Carrol
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka.Yang digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda – benda , peristiwa – peristiwa, dan proses – proses dalam lingkungan hidup.
8.) Sudaryono
Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
9.)Saussure
Bahasa adalah objek dari semilogi
10.)Mr.Carthy
Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

Konsep Dasar Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kitapakai. Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsibaut yang Saudara pasang pada mesin ini?”, dan sebagainya. Kalau kita pernahmemakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya.Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu.Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa?Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai?Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secaraterlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkandengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapatditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagaimanusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnyabahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit oleh pemakainya yang berupakedudukan dan fungsi tertentu.Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca: masyarakatbahasa) perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikanakan mempengaruhi masa depan bahasa yang bersangkutan. Pemakainya akanmenyikapinya secara jelas terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannyasesuai dengan ‘label’ yang dikenakan padanya.
Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat ‘memilah-milahkan’ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yangdigunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bisamengetahuin kapan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dandalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai. Dengan demikianperkembangan bahasa (-bahasa) itu akan menjadi terarah. Pemakainya akanberusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinyadengan, antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang ‘masuk’ ke dalamnya.Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima, sedangkan unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan,misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapanseharusnya ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaanpemerintah yang bersangkutan. Di negara kita itu disebut
Politik Bahasa Nasional  ,yaitu kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalahbahasa.
               
Fungsi umum bahasa indonesia adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa pada dasarnya sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai anggota masyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat. Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa.
Selain fungsi bahasa diatas, bahasa merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia. Melalui bahasa yang digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan, motif, latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat manusia.
Menurut Sumiati Budiman (1987 : 1) mengemukakan bahwa fungsi bahasa dapat dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu :
1. Fungsi praktis :
Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2. Fungsi kultural
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan mengembangkan kebudayaan.
3. Fungsi artistik
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan) manusia melalui seni sastra.
4. Fungsi edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Fungsi politis
Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan untuk menyelenggarakan administrasio pemerintahan.
Mencermati keadaan dan perkembangan dewasa ini, semakin terasakan betapa besar fungsi dan peran bahasa dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa kehidupan manusia terasa hampa dan tidak berarti. Melalui peran bahasa, manusia dapat menjadikan dirinya menjadi manusia berbudi pekerti, berilmu dan bermartabat tinggi. Berdasarkan semua ini, dapat disimpulkan fungsi bahasa yaitu sbb:
1. Bahasa sebagai alat komunikasi
Melalui Bahasa, manusia dapat berhubungan dan berinteraksi dengan alam sekitarnya, terutama sesama manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat memikirkan, mengelola dan memberdayakan segala potensi untuk kepentingan kehidupan umat manusia menuju kesejahteraan adil dan makmur. Manusia dalam berkomunikasi tentu harus memperhatikan dan menerapkan berbagai etika sehingga terwujud masyarakat yang madani selamat dunia dan akhirat. Bahasa sebagai alat komunikasi berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana untuk mencapai suatu keberhasilan dan kesuksesan hidup manusia, baik sebagai insan akademis maupun sebagai warga masyarakat. Penggunaan bahasa yang tepat menjadikan seseorang dalam memperlancar segala urusan. Melalui bahasa yang baik, maka lawan komunikasi dapat memberikan respon yang positif. Akhirnya, dapat dipahami apa maksud dan tujuannya.
2. Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat ekspresi diri, bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan keinginan yang dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai tempat dan situasi.
Mengetahui Fungsi Bahasa Secara Khusus :
a.       Kedudukam dan fungsi secara umum

        Istilahke dudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita pakai. Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsi baut yang Saudara pasang pada mesin ini?”, dan sebagainya. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa? Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai?
Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari- hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnya
bahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu.
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca: masyarakat bahasa) perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa yang bersangkutan. Pemakainya akan menyikapinya secara jelas terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai dengan ‘label’ yang dikenakan padanya.
Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat ‘memilah-milahkan’ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa mengetahuik apan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai. Dengan demikian perkembangan bahasa (-bahasa) itu akan menjadi terarah. Pemakainya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan, antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang ‘masuk’ ke dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima, sedangkan unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.
Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan, misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan seharusnya ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang bersangkutan. Di negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan- ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah
bahasa.

Sumber :


RAGAM BAHASA

Pentingnya Bahasa
                Manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk yang tidak dapat hidup sendiri atau individu.Manusia sangat membutuhkan manusia lain dalam menjalankan aktivitas. Salah satu contoh penggunaan bahasa yaitu komunikasi dengan orang lain.Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa sebagai sistemlambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama , berinteraksi , dan  mengindentifikasikan diri.  Gorys Keraf (1994:1) memberikan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkanoleh alat ucap manusia. Bahasa juga mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal dan arti ataumakna. Bahasa sebagai bunyi vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa  bunyi yang merupakan  getaran yang merangsang  alat pendengar . 
Sedangkan bahasasebagai arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkanreaksi atau tanggapan orang lain.Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat Indonesia. Bahasa jugamenunjukkan perbedaan antara satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-masing tetapmengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan sehingga mampu menyesuaikan denganadat-istiadat dan kebiasaan masyarakat. Selain itu, fungsi bahasa juga melambangkan pikiranatau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan, kemauan bahkan dapat melambangkantingkah laku seseorang.Tanpa adanya bahasa didalam kehidupan bermasyarakat, maka kita akan sulit untukmenyampaikan maksud dalam melakukan suatu tindakan. Baik itu secara langsung melaluiucapan yang keluar dari ucapan kita, ataupun tulisan yang kita tulis untuk disampaikan.Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkankebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalamlingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.

Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menuruttopik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan,serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragamyang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalamkarya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalamsurat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitumasalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor,atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi,seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasaterdiri dari:
(1) Ragam bahasa lisan
(2) Ragam bahasa tulis

Macam-macam Ragam Bahasa
1. Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Pandang Pembicara (Penutur).
Dalam ragam bahasa ini terdiri dari Bahasa Daerah (dialek), Bahasa Pendidikan dan Bahasa yang formal dan non formal.
– Bahasa Daerah
Bahasa indonesia yang di gunakan di daerah biasanya terbawa dengan lingkungan daerahnya. Seperti misalnya cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah jawa berbeda dengan cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah sumatra.
– Bahasa Pendidikan
Bahasa yang di gunakan oleh masyarakat yang berpendidikan pasti berbeda dengan masyarakat yang tidak berpendidikan. Bisa di bandingkan cara pelafalan katanya misalnya seperti masyarakat yang berpendidikan sering menggunakan kata mencuci, mengunci, vidio dan tv. Beda dengan masyarakat yang tidak melalui pendidikan akan melafalkan kata nyuci, ngunci, pidio dan tipi.
– Bahasa Formal dan Non Formal
Bahasa formal sering di gunakan dalam acara-acara resmi, seperti upacara pelantikan, seminar dan rapat. Sedangkan bahasa non formal sering di gunakan p

2. Ragam Bahasa Berdasarkan Media Yang Di Gunakan.
Ragam bahasa berdasarkan media yang di gunakan terbagi menjadi 2 yaitu
1. Ragam Bahasa Secara Lisan
Bahasa ini adalah bahasa yang di keluarkan secara lisan atau dengan media lisan. Dalam ragam bahasa ini sering memakai bahasa yang baku. Cara menyampaikan pembicaraan secara lisan dapat berbeda sesuai dengan lingkungannya, seperti pembicara yang di lakukan dalam keadaan formal jelas berbeda dengan pembicaraan yang di lakukan dalam keadaan santai atau tidak formal. Ragam bahasa lisan yang di tuangkan ke dalam bentuk tulisan tidak dapat di sebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap sebagai ragam bahasa lisan yang di tuangkan ke dalam bentuk tulisan.
Ciri-ciri Ragam Bahasa Lisan
–  Memerlukan beberapa teman berbicara (tidak sendiri).
–  Menyesuaikan dengan keadaan yang ada, situasi dan juga waktu.
–  Perlunya intonasi dalam berbicara dan bahasa tubuh yang di gunakan.
–  Berlangsungnya dengan gesit dan cepat.
–  Seringnya pembicaraannya berlangsung dengan tidak menggunakan alat bantu.
–  Kesalahan dalam berbicara dapat di ketahui dan di perbaiki.
–  Gerakan pada tubuh dan juga mimik wajah serta intonasi yang di gunakan dalam penyampaiannya sangatlah membantu.
Contoh dari ragam bahasa yang sering kita dengar yaitu ceramah, pidato, penyampaian pendapat dalam diskusi dan masih banyak lagi yang lainnya. Ragam bahasa lisan sering sekali kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya berbincang-bincang dengan teman ataupun masyarakat.
2. Ragam Bahasa Secara Tulis
Ragam Bahasa Tulis menggunakan media huruf untuk mengutarakannya atau mengungkapkannya. Ragam bahasa ini menggunakan ejaan untuk menata kosa kata dan bahasanya. Contoh ragam bahasa tulis, yakni koran atau surat kabar, laporan pekerjaan, karya ilmiah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah
–  Tidak di perlukannya adanya kehadiran orang lain.
–  Tidak terpengaruh dengan adanya ruang dan waktu.
–  Kosa kata yang di gunakan harus di pilih dengan cermat dan teliti.
–  Dalam membentuk kata dan kalimat haruslah sesempurna mungkin.
–  Struktur kalimat yang terbentuk haruslah lengkap.
–  Paragraf yang ada di kembangkan dengan lengkap.
–  Biasanya berlangsungnya sangatlah lambat.
–  Memerlukan alat bantu sebagai medianya.

3. Ragam Bahasa Menurut Topik Yang Sedang Di Bicarakan.
Di kehidupan sehari-hari pasti kita dapat menemukan banyak topik yang sering di bicarakan. Dalam membahas topik permasalahan yang berbeda-beda kita menggunakan ragam bahasa yang berbeda juga. Seperti ketika kita sedang berada di lingkungan agama jelas berbeda bahasa yang di gunakan ketika berada di lingkungan hukum atau lingkungan kedokteran. Ragam bahasa yang sedang di gunakan menurut bidang pemakaian di kenal juga dengan sebutan atau istilah laras bahasa.

Bahasa sangatlah banyak dan beragam. Bahasa adalah media yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain ataupun masyarakat luas sebagai bentuk bersosialisasi. Sekianlah 80 Ragam Bahasa Indonesia semoga bermanfaat.


1. Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Pandang Pembicara (Penutur).
Dalam ragam bahasa ini terdiri dari Bahasa Daerah (dialek), Bahasa Pendidikan dan Bahasa yang formal dan non formal.
– Bahasa Daerah
Bahasa indonesia yang di gunakan di daerah biasanya terbawa dengan lingkungan daerahnya.Seperti misalnya cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah jawa berbeda dengan cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah sumatra.
– Bahasa Pendidikan
Bahasa yang di gunakan oleh masyarakat yang berpendidikan pasti berbeda dengan masyarakat yang tidak berpendidikan. Bisa di bandingkan cara pelafalan katanya misalnya seperti masyarakat yang berpendidikan sering menggunakan kata mencuci, mengunci, vidio dan tv. Beda dengan masyarakat yang tidak melalui pendidikan akan melafalkan kata nyuci, ngunci, pidio dan tipi.
– Bahasa Formal dan Non Formal
Bahasa formal sering di gunakan dalam acara-acara resmi, seperti upacara pelantikan, seminar dan rapat. Sedangkan bahasa non formal sering di gunakan pada kegiatan kita sehari-hari di luar acara-acara resmi, seperti ketika berbicara dengan teman dan dengan keluarga.

2. Ragam Bahasa Berdasarkan Media Yang Di Gunakan.
Ragam bahasa berdasarkan media yang di gunakan terbagi menjadi 2 yaitu
1. Ragam Bahasa Secara Lisan
Bahasa ini adalah bahasa yang di keluarkan secara lisan atau dengan media lisan. Dalam ragam bahasa ini sering memakai bahasa yang baku. Cara menyampaikan pembicaraan secara lisan dapat berbeda sesuai dengan lingkungannya, seperti pembicara yang di lakukan dalam keadaan formal jelas berbeda dengan pembicaraan yang di lakukan dalam keadaan santai atau tidak formal. Ragam bahasa lisan yang di tuangkan ke dalam bentuk tulisan tidak dapat di sebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap sebagai ragam bahasa lisan yang di tuangkan ke dalam bentuk tulisan.
Ciri-ciri Ragam Bahasa Lisan
–  Memerlukan beberapa teman berbicara (tidak sendiri).
–  Menyesuaikan dengan keadaan yang ada, situasi dan juga waktu.
–  Perlunya intonasi dalam berbicara dan bahasa tubuh yang di gunakan.
–  Berlangsungnya dengan gesit dan cepat.
–  Seringnya pembicaraannya berlangsung dengan tidak menggunakan alat bantu.
–  Kesalahan dalam berbicara dapat di ketahui dan di perbaiki.
–  Gerakan pada tubuh dan juga mimik wajah serta intonasi yang di gunakan dalam penyampaiannya sangatlah membantu.
Contoh dari ragam bahasa yang sering kita dengar yaitu ceramah, pidato, penyampaian pendapat dalam diskusi dan masih banyak lagi yang lainnya. Ragam bahasa lisan sering sekali kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya berbincang-bincang dengan teman ataupun masyarakat.
2. Ragam Bahasa Secara Tulis
Ragam Bahasa Tulis menggunakan media huruf untuk mengutarakannya atau mengungkapkannya. Ragam bahasa ini menggunakan ejaan untuk menata kosa kata dan bahasanya. Contoh ragam bahasa tulis, yakni koran atau surat kabar, laporan pekerjaan, karya ilmiah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah
–  Tidak di perlukannya adanya kehadiran orang lain.
–  Tidak terpengaruh dengan adanya ruang dan waktu.
–  Kosa kata yang di gunakan harus di pilih dengan cermat dan teliti.
–  Dalam membentuk kata dan kalimat haruslah sesempurna mungkin.
–  Struktur kalimat yang terbentuk haruslah lengkap.
–  Paragraf yang ada di kembangkan dengan lengkap.
–  Biasanya berlangsungnya sangatlah lambat.
–  Memerlukan alat bantu sebagai medianya.

3. Ragam Bahasa Menurut Topik Yang Sedang Di Bicarakan.
Di kehidupan sehari-hari pasti kita dapat menemukan banyak topik yang sering di bicarakan. Dalam membahas topik permasalahan yang berbeda-beda kita menggunakan ragam bahasa yang berbeda juga. Seperti ketika kita sedang berada di lingkungan agama jelas berbeda bahasa yang di gunakan ketika berada di lingkungan hukum atau lingkungan kedokteran. Ragam bahasa yang sedang di gunakan menurut bidang pemakaian di kenal juga dengan sebutan atau istilah laras bahasa. 

Sumber :


EYD dan Tata Baca

Tahapan-tahapan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
1.       Ejaan van OphuijsenPada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaanvan Ophuilsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalamejaan ini adalahsebagai berikut :
a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti “jang, pajung, sajang, pajah”.
b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti “ goeroe, itoe,oemoer”.
 c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakaiuntuk menuliskan kata-kata “ma’moer, ‘akal, ta’, pa’ “.
2.       Ejaan SoewandiPada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan Ejaan vanOphuijsen. Ejaan baru ini oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut :
a.       Huruf oe  diganti dengan u,seperti pada “ guru, itu, umur”.
b.      Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k , seperti pada kata-kata “tak, pak,maklum”.
c.       Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2 , seperti  “anak2, berjalan2, ke-barat2-an”.
d.      Awalan di- dan kata depan di- kedua-duanya ditulis serangakaidengan kata yangmengikutinya, seperti kata depan di- pada dirumah, dikebun, disamakan denganimbuhan di- pada ditulis, dibuang.
3.       Ejaan MelindoPada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu(Slametmulyana-Nasir binIsmail, Ketua) menghasilkan konsepejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).Perkembangan politik tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan ini.
4.       Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia.Peresmian ejaan baru itu berdasarkan PutusanPresiden No. 57, Tahun 1972. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan , sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia PengembanganBahasa Indonesia, Departeme Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri pendidikan dan Kebudayaandengan surat putusannyatanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972, menyusun buku. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan danKebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahum 1987 pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkandengan Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0543a/U/1987, tanggal 9September 1987. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan EjaanBahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut:
a.       Perubahan Huruf
Dj, dari djika menjadi jika
Tj, dari tjacap menjadi cakap
 Nj, dari njata menjadi nyata
Ch, dari achir menjadi akhir b.

b.      Huruf f, v dan z merupakan unsur serapan dari bahasa asing yang telah diresmikan pemakaiannya. Misal:
Khilaf
Fisik
Zakat
Universitas.

c.       Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidangilmu pengetahuan tetap digunakan,misalnya pada kata furqan dan xenon.

d.      Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan diyang merupakan kata depan.Sebagai awalan, di- ditulis serangkai dengan unsur yang menyertainya,sedangkan disebagai kata depan ditulis terpisah darikata yang mengikutinya.

e.      Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya angka dua tidakdigunakan sebagai penanda perulangan. Misal:

Anak-anak, bukan anak2

Bersalam-salaman, bukan bersalam2an

Bermain-main, bukan bermain2

 Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
 Ruang lingkup EYD mencangkup lima aspek, yaitu :
1. Pemakaian Huruf
2. Penulisan Huruf
class=absimg v:shapes="_x0000_i1029">' class=absimg v:shapes="_x0000_i1030"> ' class=absimg v:shapes="_x0000_i1031">

3. Penulisan Kata
4. Penulisan unsure serapan
5. Pemakaian Tanda Baca

1. Pemakaian huruf membicarakan bagian-bagian dasar dari suatu bahasa, yaitu
1. Abjad
2. Vokal
3. Konsonan
4. Pemenggalan
5. Nama diri
2 . Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan sebelumnya yangmeliputi
1. Huruf Kapital
2. Huruf Miring
3. Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa:
Kata Dasar
Kata Turunan
Kata Ulang
Gabungan Kata Kata Ganti kau, ku, mu, dan nya
Kata Depan di, ke, dan dari
 Kata Sandang si dan sang 
 Partikel
Singkatan dan Akronim
Angka dan Lambang Bilangan
4. Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.
5. Pemakaian tanda baca (pungtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda bacadalam penulisan dengan kaidanya masing-masingDi dalam hal ini, kita akan mempelajari ejaan yang nomor lima yaitu penggunaan tanda baca.

Pedoman penulisan tanda baca.
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
·         Irwan S. Gatot
·         George W. Bush
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Dwiki Halla
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
·         Dr. (doktor)
·         S.E. (sarjana ekonomi)
·         Kol. (kolonel)
·         Bpk. (bapak)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
·         dll. (dan lain-lain)
·         dsb. (dan sebagainya)
·         tgl. (tanggal)
·         hlm. (halaman)
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
·         Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
·         0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
·         Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
·         Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
·         DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
·         SMA (Sekolah Menengah Atas)
·         PT (Perseroan Terbatas)
·         WHO (World Health Organization)
·         UUD (Undang-Undang Dasar)
·         SIM (Surat Izin Mengemudi)
·         Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
·         rapim (rapat pimpinan)
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
contoh:
·         Cu (tembaga)
·         52 cm
·         l (liter)
·         Rp350,00
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:
·         Latar Belakang Pembentukan
·         Sistem Acara

B. Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum "dan"]
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
·         Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
·         Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
·         Oleh karena itu, kamu harus datang.
·         Jadi, saya tidak jadi datang.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
contoh:
·         O, begitu.
·         Wah, bukan main.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
·         Medan, 18 Juni 1984
·         Medan, Indonesia.
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang, S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
·         33,5 m
·         Rp10,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.

C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.

D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
·         Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
·         Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua                  : Axel
Wakil Ketua         : Putri
Sekretaris            : Helena
Wakil Sekretaris   : Michelle
Bendahara           : Tio
Wakil bendahara  : Dikel
3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex    : "Siap, Boss!"
4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim,
 Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
·         p-e-n-g-u-r-u-s
·         8-4-1973
3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
·         ber-evolusi dengan be-revolusi
·         dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
·         Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh:
·         se-Indonesia
·         hadiah ke-2
·         tahun 50-an
·         ber-SMA
·         KTP-nya nomor 11111
·         sinar-X
·         Menteri-Sekretaris Negara
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
·         di-charter
·         pen-tackle-an
  6. Tanda hubung   digunakan menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh:
·         Ayahku bekerja di rumah sa-kit.
·         Guru itu sedang me-nulis di depan kelas.

F. Tanda Pisah (-,-)
1a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
·         1919–1921
·         Medan–Jakarta
·         10–13 Desember 1999
2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−).
Contoh:
·         dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
·         antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
·         −4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C

G. Tanda Elipsis (...)
. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:
·         Kapan ia berangkat?
·         Saudara tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
·         Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
·         Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.


I. Tanda Seru(!)       
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
·         Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
·         Bersihkan meja itu sekarang juga!
·         Sampai hati ia membuang anaknya!
·         Merdeka!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.

J. Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:
·         Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
·         Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
·         Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
·         Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
·         Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
·         Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
·         Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

K. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

L. Tanda Petik (“..”)
1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
·         "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
·         Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
·         Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
·         Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
·         Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
·         Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
·         Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
·         Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
·         Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

M. Tanda Petik Tunggal (‘....’)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
·         Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
·         "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
 feed-back 'balikan'.

N.  Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
·         No. 7/PK/1973
·         Jalan Kramat III/10
·         tahun anggaran 1985/1986
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiapper atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
·         harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)
·         kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
·         7/8 atau 78
·         xn/n!
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi  ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.
Contoh: ' alt="\textstyle\frac{x^n}{n!}" class="mwe-math-fallback-image-inline tex" v:shapes="_x0000_i1034"> .
3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

O. Tanda Penyingkat (Apostrof)(‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
·         Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
·         Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
·         1 Januari '88 ('88 = 1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.


Sumber :

PILIHAN KATA (DIKSI)

Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Diksi terdiri dari delapan elemen: Fonem, Silabel, Konjungsi, Hubungan, Kata benda, Kata kerja, Infleksi, dan Uterans.

Fungsi Diksi 

Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

Jenis-jenis Pengelompokkan Kata
Kelompok kata dapat pula di klasifikasikan berdasarkan jenis kata yangmenjadi pembagian inti pembentuknya, yaitu kelompok kata verbal, kelompok kataajektival, kelompok kata nominal, kelompok kata pronominal, kelompok kataadverbial, kelompok kata numeralia, dan kelompok kata introgativa.
a). Kelompok kata verbal adalah kelompok kata yang intinya berupa kata kerja.
 b). Kelompok kata ajektival adalah kelompok kata yang intinya berupa katasifat.
c). Kelompok kata nominal adalah kelompok kata yang intinya berupa kata benda
d).Kelompok kata pronominal adalah kelompok kata yang intinya berupa kataganti.
e).Kelompok kata adverbial adalah kelompok kata yang intinya berupa kataketerangan.
f).Kelompok kata numeralia adalah kelompok kata yang intinya berupa kata bilangan
g).Kelompok kata introgativa adalah kelompok kata yang intinya berupa katatanya.
h).Kelompok kata preposisional adalah kelompok kata yang intinya berupa katadepan.

Manfaat Diksi 

1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
  
Contoh Kalimat Diksi 

·         Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat 
·         Dia adalah wanita cantik (denotatif) 
·         Dia adalah wanita manis (konotatif) 
·         APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit) 
·         Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak

Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna :

•     Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :

1.    Makna Leksikal :  makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).

2.  Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.

3.  Makna Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial). 


3.      Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.  Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

          
e.      Satuan semantic
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata majemuk.
Dalam prakteknya, para ahli bahasa menggunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas kata dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis kata sering masih sangat sukar ditangkap.

Cara Memilih dan Mengelompokkan Kata

 Pilihan kata yang "terbaik" adalah yang memenuh isyarat (1) tepat(mengungkapkan gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai dengan kaidahkebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya.Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa cara yang harusdikuasai agar dapat memilih kata yang benar, diantaranya :

a). Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang
„diamanatkan‟
. b). Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuaidengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
c). Menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimilikimasyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakankekayaann yaitu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.

Syarat ketepatan kata:
Syarat ketepatan pilihan kata yaitu kita memilih kata yang tepat untukmenyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalamdunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilihkata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat laridari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaiankata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
 Berikut merupakan syarat-syarat ketepatan pilihan kata:
a)      Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat.

b)      Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya:adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-beda.

c)       Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanya, misalnya:infrensi (kesimpulan) dan iterefrensi (saling mempengaruhi).

d)      Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapatsendiri.

e)      Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan).

f)       Menggunakan kata-kata idiomatic berdasarkan susunan (pasangan) yang benar.

g)      Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.

h)      Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat.

i)        Menggunkan dengan cermat kata bersinonim.

j)        Menggunakan kata abstrak dan konkrit secara cermat, (Sugono, Dendy.2009)



 Adapun syarat-syarat kesesuaian diksi adalah:

a)      Hindari sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasiformal.
b)      Gunakan kata ilmiah hanya dalam situasi khusus saja.
c)       Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum
d)      Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari kata-kata silang
e)      Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
f)       Hindarilah ungkapan-ungkapan usang.
g)      Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.



Pada hakikatnya, memilih kata secara baik merupakan upaya agar pesan yanghendak disampaikan dapat diterima secara tepat, (Adi, Tri. 2007)

Contoh Pemilihan dan Pengelompokkan Kata yang Benar

Contoh jenis-jenis kelompok kata
1)      Contoh kelompok kata verbal
- berjalan cepat
- berkata benar
-sedang membaca
2)      Contoh kelompok kata ajektival
-merdu sekali
-sangat indah
-aman sejahtera
3)      Contoh kelompok kata nominal
-banyak kemudahan
-siang dan malam
-alam anakku
4)      Contoh kelompok kata pronominal
-Kamu sekalian
-Kau dan aku
5)      Contoh kelompok kata adverbial
-lebih kurang
6)      Contoh kelompok kata numeralia
-Tiga belas
-Lima atau enam
7)      Contoh kelompok kata introgativa
-apa dan siapa
8)      Contoh kelompok kata preposisional
- bagi dia, dengan ayah
-ketika berlibur

Contoh syarat ketepatan pilihan kata:

1).Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi. Contoh:
- Bunga mawar
-Bunga bank
2) Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
-Pengubah
-Peubah
3) Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip ejaanya.Contoh :
  -Intensif - insetif
  - Preposis - Proposisi
4) Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak. Contoh :
-Kebijakan
-Kebajikan
-Kebijaksanaan
5)Dapat memakai kata penghubung yang berpasang secara tepat.Contoh:
 - Antara….dan….
 - Tidak….tetapi…


Sumber :