PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA
Pengertian
bahasa menurut para ahli
1.) Gorys Keraf
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2.) Bill Adams
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individi dalam sebuah konteks inter-subjektif
3.)Wittgenstein
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas dan memiliki bentuk dan struktur logis.
4.)Ferdinand De Saussure
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap elompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.
5.)Plato
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata ( nama benda atau sesuatu ) dan themata ( ucapan ) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
6.)Bloch dan Tragger
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.
7.) Carrol
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka.Yang digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda – benda , peristiwa – peristiwa, dan proses – proses dalam lingkungan hidup.
8.) Sudaryono
Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
9.)Saussure
Bahasa adalah objek dari semilogi
10.)Mr.Carthy
Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
1.) Gorys Keraf
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
2.) Bill Adams
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individi dalam sebuah konteks inter-subjektif
3.)Wittgenstein
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas dan memiliki bentuk dan struktur logis.
4.)Ferdinand De Saussure
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap elompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.
5.)Plato
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata ( nama benda atau sesuatu ) dan themata ( ucapan ) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
6.)Bloch dan Tragger
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.
7.) Carrol
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka.Yang digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda – benda , peristiwa – peristiwa, dan proses – proses dalam lingkungan hidup.
8.) Sudaryono
Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
9.)Saussure
Bahasa adalah objek dari semilogi
10.)Mr.Carthy
Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Konsep
Dasar Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Tentunya
sering kita dengar, bahkan pernah kitapakai. Misalnya dalam kalimat
“Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsibaut yang Saudara pasang pada
mesin ini?”, dan sebagainya. Kalau kita pernahmemakai kedua istilah itu tentunya
secara tersirat kita sudah mengerti maknanya.Hal ini terbukti bahwa kita tidak
pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu.Kalau demikian halnya, apa
sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa?Samakah dengan pengertian
yang pernah kita pakai?Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia,
baik secaraterlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak
dihubungkandengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status,
bahasa tidak dapatditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia
sehari-hari, baik sebagaimanusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena
kondisi dan pentingnyabahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit
oleh pemakainya yang berupakedudukan dan fungsi tertentu.Kedudukan dan fungsi
bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca: masyarakatbahasa) perlu dirumuskan
secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikanakan mempengaruhi
masa depan bahasa yang bersangkutan. Pemakainya akanmenyikapinya secara
jelas terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannyasesuai dengan ‘label’ yang
dikenakan padanya.
Di pihak lain,
bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan
dapat ‘memilah-milahkan’ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa
yangdigunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka
bisamengetahuin kapan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan
dandalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai. Dengan
demikianperkembangan bahasa (-bahasa) itu akan menjadi terarah. Pemakainya
akanberusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinyadengan,
antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang ‘masuk’ ke
dalamnya.Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima, sedangkan
unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.Sehubungan dengan itulah
maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan,misalnya, suatu unsur lain yang
mempengaruhinya layak diterima, dan kapanseharusnya ditolak. Semuanya itu
dituangkan dalam bentuk kebijaksanaanpemerintah yang bersangkutan. Di
negara kita itu disebut
Politik Bahasa Nasional ,yaitu
kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan
ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan
masalahbahasa.
Fungsi umum
bahasa indonesia adalah sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa pada dasarnya
sudah menyatu dengan kehidupan manusia. Aktivitas manusia sebagai anggota
masyarakat sangat bergantung pada penggunaan bahasa masyarakat setempat.
Gagasan, ide, pikiran, harapan dan keinginan disampaikan lewat bahasa.
Selain fungsi
bahasa diatas, bahasa merupakan tanda yang jelas dari kepribadian manusia.
Melalui bahasa yang digunakan manusia, maka dapat memahami karakter, keinginan,
motif, latar belakang pendidikan, kehidupan sosial, pergaulan dan adat istiadat
manusia.
Menurut Sumiati Budiman (1987 : 1) mengemukakan bahwa fungsi
bahasa dapat dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu :
1. Fungsi praktis :
Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2. Fungsi kultural
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan mengembangkan kebudayaan.
3. Fungsi artistik
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan) manusia melalui seni sastra.
4. Fungsi edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Fungsi politis
Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan untuk menyelenggarakan administrasio pemerintahan.
Bahasa digunakan sebagai komunikasi dan interakis antar anggota masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari.
2. Fungsi kultural
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyimpan, menyebarkan dan mengembangkan kebudayaan.
3. Fungsi artistik
Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan rasa estetis (keindahan) manusia melalui seni sastra.
4. Fungsi edukatif
Bahasa digunakan sebagai alat menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Fungsi politis
Bahasa digunakan sebagai alat untuk mempusatkan bangsa dan untuk menyelenggarakan administrasio pemerintahan.
Mencermati
keadaan dan perkembangan dewasa ini, semakin terasakan betapa besar fungsi dan
peran bahasa dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa kehidupan manusia terasa
hampa dan tidak berarti. Melalui peran bahasa, manusia dapat menjadikan dirinya
menjadi manusia berbudi pekerti, berilmu dan bermartabat tinggi. Berdasarkan
semua ini, dapat disimpulkan fungsi bahasa yaitu sbb:
1. Bahasa sebagai alat
komunikasi
Melalui
Bahasa, manusia dapat berhubungan dan berinteraksi dengan alam sekitarnya,
terutama sesama manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat memikirkan,
mengelola dan memberdayakan segala potensi untuk kepentingan kehidupan umat
manusia menuju kesejahteraan adil dan makmur. Manusia dalam berkomunikasi tentu
harus memperhatikan dan menerapkan berbagai etika sehingga terwujud masyarakat
yang madani selamat dunia dan akhirat. Bahasa sebagai alat komunikasi
berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana untuk mencapai suatu keberhasilan dan
kesuksesan hidup manusia, baik sebagai insan akademis maupun sebagai warga
masyarakat. Penggunaan bahasa yang tepat menjadikan seseorang dalam
memperlancar segala urusan. Melalui bahasa yang baik, maka lawan komunikasi
dapat memberikan respon yang positif. Akhirnya, dapat dipahami apa maksud dan
tujuannya.
2. Bahasa sebagai alat
untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat
ekspresi diri, bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang
ada dalam diri seseorang, baik berbentuk perasaan, pikiran, gagasan, dan
keinginan yang dimilikinya. Begitu juga digunakan untuk menyatakan dan
memperkenalkan keberadaan diri seseorang kepada orang lain dalam berbagai
tempat dan situasi.
Mengetahui Fungsi Bahasa Secara Khusus :
a.
Kedudukam dan fungsi secara umum
Istilahke dudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita pakai. Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsi baut yang Saudara pasang pada mesin ini?”, dan sebagainya. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa? Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai?
Kita tahu
bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan
maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan
status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari- hari,
yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan.
Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota
suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnya
bahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu.
bahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu.
Kedudukan dan
fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca: masyarakat bahasa) perlu dirumuskan
secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan akan mempengaruhi masa
depan bahasa yang bersangkutan. Pemakainya akan menyikapinya secara jelas
terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai dengan ‘label’ yang
dikenakan padanya.
Di pihak lain,
bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat ‘memilah-milahkan’
sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Mereka tidak
akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa mengetahuik apan dan dalam situasi
apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang
lainnya dipakai. Dengan demikian perkembangan bahasa (-bahasa) itu akan menjadi
terarah. Pemakainya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa
yang telah disepakatinya dengan, antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa
lain yang ‘masuk’ ke dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan
diterima, sedangkan unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.
Sehubungan
dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan, misalnya, suatu
unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan seharusnya ditolak.
Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang
bersangkutan. Di negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu
kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan- ketentuan
yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah
bahasa.
bahasa.
Sumber :
RAGAM BAHASA
Pentingnya Bahasa
Manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk yang tidak
dapat hidup sendiri atau individu.Manusia sangat membutuhkan manusia lain dalam
menjalankan aktivitas. Salah satu contoh penggunaan bahasa yaitu
komunikasi dengan orang lain.Kamus Besar Bahasa Indonesia secara
terminology mengartikan bahasa sebagai sistemlambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama , berinteraksi
, dan mengindentifikasikan diri. Gorys Keraf (1994:1) memberikan pengertian bahasa
sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkanoleh alat ucap manusia. Bahasa juga mencakup dua bidang, yaitu
bunyi vokal dan arti ataumakna. Bahasa sebagai bunyi vokal berarti sesuatu yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa bunyi yang merupakan
getaran yang merangsang alat pendengar .
Sedangkan bahasasebagai
arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang
menyebabkanreaksi atau tanggapan orang lain.Bahasa adalah alat komunikasi
antaranggota masyarakat Indonesia. Bahasa jugamenunjukkan perbedaan antara satu
penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-masing tetapmengikat kelompok
penuturnya dalam satu kesatuan sehingga mampu menyesuaikan denganadat-istiadat
dan kebiasaan masyarakat. Selain itu, fungsi bahasa juga melambangkan
pikiranatau gagasan tertentu, dan juga melambangkan perasaan, kemauan bahkan
dapat melambangkantingkah laku seseorang.Tanpa adanya bahasa didalam kehidupan bermasyarakat,
maka kita akan sulit untukmenyampaikan maksud dalam melakukan suatu tindakan.
Baik itu secara langsung melaluiucapan yang keluar dari ucapan kita, ataupun
tulisan yang kita tulis untuk disampaikan.Pada dasarnya, bahasa memiliki
fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkankebutuhan seseorang, yakni
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalamlingkungan
atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial.
Pengertian Ragam
Bahasa
Ragam Bahasa
adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menuruttopik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan,serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragamyang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa
digunakan di kalangan terdidik, di dalamkarya ilmiah (karangan teknis,
perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalamsurat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa
resmi.Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok,
yaitumasalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti
di sekolah, di kantor,atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya dalam situasi tak resmi,seperti di rumah, di taman, di pasar, kita
tidak dituntut menggunakan bahasa baku.Ditinjau dari media atau sarana yang
digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasaterdiri dari:
(1) Ragam bahasa lisan
(2) Ragam bahasa tulis
Macam-macam Ragam Bahasa
1. Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Pandang Pembicara
(Penutur).
Dalam ragam bahasa ini terdiri dari Bahasa Daerah (dialek),
Bahasa Pendidikan dan Bahasa yang formal dan non formal.
– Bahasa Daerah
Bahasa indonesia yang di gunakan di daerah biasanya terbawa dengan lingkungan daerahnya. Seperti misalnya cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah jawa berbeda dengan cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah sumatra.
Bahasa indonesia yang di gunakan di daerah biasanya terbawa dengan lingkungan daerahnya. Seperti misalnya cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah jawa berbeda dengan cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah sumatra.
– Bahasa Pendidikan
Bahasa yang di gunakan oleh masyarakat yang berpendidikan pasti berbeda dengan masyarakat yang tidak berpendidikan. Bisa di bandingkan cara pelafalan katanya misalnya seperti masyarakat yang berpendidikan sering menggunakan kata mencuci, mengunci, vidio dan tv. Beda dengan masyarakat yang tidak melalui pendidikan akan melafalkan kata nyuci, ngunci, pidio dan tipi.
Bahasa yang di gunakan oleh masyarakat yang berpendidikan pasti berbeda dengan masyarakat yang tidak berpendidikan. Bisa di bandingkan cara pelafalan katanya misalnya seperti masyarakat yang berpendidikan sering menggunakan kata mencuci, mengunci, vidio dan tv. Beda dengan masyarakat yang tidak melalui pendidikan akan melafalkan kata nyuci, ngunci, pidio dan tipi.
– Bahasa Formal dan Non Formal
Bahasa formal sering di gunakan dalam acara-acara resmi, seperti upacara pelantikan, seminar dan rapat. Sedangkan bahasa non formal sering di gunakan p
Bahasa formal sering di gunakan dalam acara-acara resmi, seperti upacara pelantikan, seminar dan rapat. Sedangkan bahasa non formal sering di gunakan p
2. Ragam Bahasa Berdasarkan Media Yang Di Gunakan.
Ragam bahasa berdasarkan media yang di gunakan terbagi
menjadi 2 yaitu
1. Ragam Bahasa Secara Lisan
Bahasa ini adalah bahasa yang di keluarkan secara lisan atau
dengan media lisan. Dalam ragam bahasa ini sering memakai bahasa yang baku.
Cara menyampaikan pembicaraan secara lisan dapat berbeda sesuai dengan
lingkungannya, seperti pembicara yang di lakukan dalam keadaan formal jelas
berbeda dengan pembicaraan yang di lakukan dalam keadaan santai atau tidak
formal. Ragam bahasa lisan yang di tuangkan ke dalam bentuk tulisan tidak dapat
di sebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap sebagai ragam bahasa lisan yang di
tuangkan ke dalam bentuk tulisan.
Ciri-ciri Ragam Bahasa Lisan
– Memerlukan beberapa teman berbicara (tidak sendiri).
– Menyesuaikan dengan keadaan yang ada, situasi dan
juga waktu.
– Perlunya intonasi dalam berbicara dan bahasa tubuh
yang di gunakan.
– Berlangsungnya dengan gesit dan cepat.
– Seringnya pembicaraannya berlangsung dengan tidak
menggunakan alat bantu.
– Kesalahan dalam berbicara dapat di ketahui dan di
perbaiki.
– Gerakan pada tubuh dan juga mimik wajah serta
intonasi yang di gunakan dalam penyampaiannya sangatlah membantu.
Contoh dari ragam bahasa yang sering kita dengar yaitu
ceramah, pidato, penyampaian pendapat dalam diskusi dan masih banyak lagi yang
lainnya. Ragam bahasa lisan sering sekali kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya berbincang-bincang dengan teman ataupun masyarakat.
2. Ragam Bahasa Secara Tulis
Ragam Bahasa Tulis menggunakan media huruf untuk
mengutarakannya atau mengungkapkannya. Ragam bahasa ini menggunakan ejaan untuk
menata kosa kata dan bahasanya. Contoh ragam bahasa tulis, yakni koran atau
surat kabar, laporan pekerjaan, karya ilmiah, dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah
– Tidak di perlukannya adanya kehadiran orang lain.
– Tidak terpengaruh dengan adanya ruang dan waktu.
– Kosa kata yang di gunakan harus di pilih dengan
cermat dan teliti.
– Dalam membentuk kata dan kalimat haruslah sesempurna
mungkin.
– Struktur kalimat yang terbentuk haruslah lengkap.
– Paragraf yang ada di kembangkan dengan lengkap.
– Biasanya berlangsungnya sangatlah lambat.
– Memerlukan alat bantu sebagai medianya.
3. Ragam Bahasa Menurut Topik Yang Sedang Di Bicarakan.
Di kehidupan sehari-hari pasti kita dapat menemukan banyak
topik yang sering di bicarakan. Dalam membahas topik permasalahan yang
berbeda-beda kita menggunakan ragam bahasa yang berbeda juga. Seperti ketika
kita sedang berada di lingkungan agama jelas berbeda bahasa yang di gunakan
ketika berada di lingkungan hukum atau lingkungan kedokteran. Ragam bahasa yang
sedang di gunakan menurut bidang pemakaian di kenal juga dengan sebutan atau
istilah laras bahasa.
Bahasa sangatlah banyak dan beragam. Bahasa adalah
media yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain ataupun
masyarakat luas sebagai bentuk bersosialisasi. Sekianlah 80 Ragam Bahasa
Indonesia semoga bermanfaat.
1. Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Pandang Pembicara
(Penutur).
Dalam ragam bahasa ini terdiri dari Bahasa Daerah (dialek),
Bahasa Pendidikan dan Bahasa yang formal dan non formal.
– Bahasa Daerah
Bahasa indonesia yang di gunakan di daerah biasanya terbawa dengan lingkungan daerahnya.Seperti misalnya cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah jawa berbeda dengan cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah sumatra.
Bahasa indonesia yang di gunakan di daerah biasanya terbawa dengan lingkungan daerahnya.Seperti misalnya cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah jawa berbeda dengan cara bicara bahasa indonesia yang di gunakan oleh masyarakat di daerah sumatra.
– Bahasa Pendidikan
Bahasa yang di gunakan oleh masyarakat yang berpendidikan pasti berbeda dengan masyarakat yang tidak berpendidikan. Bisa di bandingkan cara pelafalan katanya misalnya seperti masyarakat yang berpendidikan sering menggunakan kata mencuci, mengunci, vidio dan tv. Beda dengan masyarakat yang tidak melalui pendidikan akan melafalkan kata nyuci, ngunci, pidio dan tipi.
Bahasa yang di gunakan oleh masyarakat yang berpendidikan pasti berbeda dengan masyarakat yang tidak berpendidikan. Bisa di bandingkan cara pelafalan katanya misalnya seperti masyarakat yang berpendidikan sering menggunakan kata mencuci, mengunci, vidio dan tv. Beda dengan masyarakat yang tidak melalui pendidikan akan melafalkan kata nyuci, ngunci, pidio dan tipi.
– Bahasa Formal dan Non Formal
Bahasa formal sering di gunakan dalam acara-acara resmi, seperti upacara pelantikan, seminar dan rapat. Sedangkan bahasa non formal sering di gunakan pada kegiatan kita sehari-hari di luar acara-acara resmi, seperti ketika berbicara dengan teman dan dengan keluarga.
Bahasa formal sering di gunakan dalam acara-acara resmi, seperti upacara pelantikan, seminar dan rapat. Sedangkan bahasa non formal sering di gunakan pada kegiatan kita sehari-hari di luar acara-acara resmi, seperti ketika berbicara dengan teman dan dengan keluarga.
2. Ragam Bahasa Berdasarkan Media Yang Di Gunakan.
Ragam bahasa berdasarkan media yang di gunakan terbagi
menjadi 2 yaitu
1. Ragam Bahasa Secara Lisan
Bahasa ini adalah bahasa yang di keluarkan secara lisan atau
dengan media lisan. Dalam ragam bahasa ini sering memakai bahasa yang baku.
Cara menyampaikan pembicaraan secara lisan dapat berbeda sesuai dengan
lingkungannya, seperti pembicara yang di lakukan dalam keadaan formal jelas
berbeda dengan pembicaraan yang di lakukan dalam keadaan santai atau tidak
formal. Ragam bahasa lisan yang di tuangkan ke dalam bentuk tulisan tidak dapat
di sebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap sebagai ragam bahasa lisan yang di
tuangkan ke dalam bentuk tulisan.
Ciri-ciri Ragam Bahasa Lisan
– Memerlukan beberapa teman berbicara (tidak sendiri).
– Menyesuaikan dengan keadaan yang ada, situasi dan
juga waktu.
– Perlunya intonasi dalam berbicara dan bahasa tubuh
yang di gunakan.
– Berlangsungnya dengan gesit dan cepat.
– Seringnya pembicaraannya berlangsung dengan tidak
menggunakan alat bantu.
– Kesalahan dalam berbicara dapat di ketahui dan di
perbaiki.
– Gerakan pada tubuh dan juga mimik wajah serta
intonasi yang di gunakan dalam penyampaiannya sangatlah membantu.
Contoh dari ragam bahasa yang sering kita dengar yaitu
ceramah, pidato, penyampaian pendapat dalam diskusi dan masih banyak lagi yang
lainnya. Ragam bahasa lisan sering sekali kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari, contohnya berbincang-bincang dengan teman ataupun masyarakat.
2. Ragam Bahasa Secara Tulis
Ragam Bahasa Tulis menggunakan media huruf untuk
mengutarakannya atau mengungkapkannya. Ragam bahasa ini menggunakan ejaan untuk
menata kosa kata dan bahasanya. Contoh ragam bahasa tulis, yakni koran atau
surat kabar, laporan pekerjaan, karya ilmiah, dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah
– Tidak di perlukannya adanya kehadiran orang lain.
– Tidak terpengaruh dengan adanya ruang dan waktu.
– Kosa kata yang di gunakan harus di pilih dengan
cermat dan teliti.
– Dalam membentuk kata dan kalimat haruslah sesempurna
mungkin.
– Struktur kalimat yang terbentuk haruslah lengkap.
– Paragraf yang ada di kembangkan dengan lengkap.
– Biasanya berlangsungnya sangatlah lambat.
– Memerlukan alat bantu sebagai medianya.
3. Ragam Bahasa Menurut Topik Yang Sedang Di Bicarakan.
Di kehidupan sehari-hari pasti kita dapat menemukan banyak
topik yang sering di bicarakan. Dalam membahas topik permasalahan yang
berbeda-beda kita menggunakan ragam bahasa yang berbeda juga. Seperti ketika
kita sedang berada di lingkungan agama jelas berbeda bahasa yang di gunakan
ketika berada di lingkungan hukum atau lingkungan kedokteran. Ragam bahasa yang
sedang di gunakan menurut bidang pemakaian di kenal juga dengan sebutan atau
istilah laras bahasa.
Sumber :
EYD dan Tata Baca
Tahapan-tahapan
Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
1.
Ejaan van OphuijsenPada tahun 1901 ditetapkan
ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaanvan Ophuilsen. Van
Ophuijsen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma‟moer
dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalamejaan ini adalahsebagai
berikut :
a. Huruf j dipakai
untuk menuliskan kata-kata seperti “jang, pajung, sajang, pajah”.
b. Huruf oe dipakai untuk
menuliskan kata-kata seperti “ goeroe, itoe,oemoer”.
c. Tanda diakritik, seperti
koma, ain dan tanda trema, dipakaiuntuk menuliskan kata-kata “ma’moer, ‘akal,
ta’, pa’ “.
2.
Ejaan SoewandiPada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan
Soewandi diresmikan untuk menggantikan Ejaan vanOphuijsen. Ejaan baru ini oleh
masyarakat diberi julukan Ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui
sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut :
a.
Huruf oe diganti dengan u,seperti pada “ guru,
itu, umur”.
b.
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k ,
seperti pada kata-kata “tak, pak,maklum”.
c.
Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2 , seperti
“anak2, berjalan2, ke-barat2-an”.
d.
Awalan di- dan kata depan di- kedua-duanya
ditulis serangakaidengan kata yangmengikutinya, seperti kata depan di- pada dirumah,
dikebun, disamakan denganimbuhan di- pada ditulis, dibuang.
3.
Ejaan MelindoPada akhir tahun 1959 sidang
perutusan Indonesia dan Melayu(Slametmulyana-Nasir binIsmail, Ketua)
menghasilkan konsepejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan
Melindo (Melayu-Indonesia).Perkembangan politik tahun-tahun berikutnya
mengurungkan peresmian ejaan ini.
4.
Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(EYD)Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden meresmikan pemakaianEjaan Bahasa
Indonesia.Peresmian ejaan baru itu berdasarkan PutusanPresiden No. 57, Tahun
1972. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan , sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia PengembanganBahasa Indonesia, Departeme
Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri pendidikan dan Kebudayaandengan
surat putusannyatanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972, menyusun buku. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan danKebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah.
Pada tahum
1987 pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkandengan Putusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No.0543a/U/1987, tanggal 9September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan EjaanBahasa
Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut:
a.
Perubahan Huruf
Dj, dari djika menjadi jika
Tj, dari tjacap menjadi cakap
Nj, dari njata menjadi nyata
Ch, dari achir menjadi akhir b.
b.
Huruf f, v dan z merupakan unsur serapan dari
bahasa asing yang telah diresmikan pemakaiannya. Misal:
Khilaf
Fisik
Zakat
Universitas.
c.
Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam
bidangilmu pengetahuan tetap digunakan,misalnya pada kata furqan dan xenon.
d. Penulisan
di- sebagai awalan dibedakan dengan diyang merupakan kata depan.Sebagai awalan,
di- ditulis serangkai dengan unsur yang menyertainya,sedangkan disebagai kata
depan ditulis terpisah darikata yang mengikutinya.
e.
Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang
unsur-unsurnya angka dua tidakdigunakan sebagai penanda perulangan. Misal:
Anak-anak, bukan anak2
Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
Bermain-main, bukan bermain2
Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ruang lingkup EYD mencangkup lima aspek, yaitu :
1. Pemakaian Huruf
2. Penulisan Huruf
3. Penulisan Kata
4. Penulisan unsure serapan
5. Pemakaian Tanda Baca
1. Pemakaian huruf membicarakan bagian-bagian dasar dari
suatu bahasa, yaitu
1. Abjad
2. Vokal
3. Konsonan
4. Pemenggalan
5. Nama diri
2 . Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf
dari ejaan sebelumnya yangmeliputi
1. Huruf Kapital
2. Huruf Miring
3. Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan
segala bentuk dan jenisnya berupa:
Kata Dasar
Kata Turunan
Kata Ulang
Gabungan Kata
Kata Ganti kau, ku, mu, dan nya
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata
Sandang si dan sang
Partikel
Singkatan dan
Akronim
Angka dan
Lambang Bilangan
4. Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara
penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.
5. Pemakaian tanda baca
(pungtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda bacadalam
penulisan dengan kaidanya masing-masingDi dalam hal ini, kita akan mempelajari
ejaan yang nomor lima yaitu penggunaan tanda baca.
Pedoman penulisan tanda baca.
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
2. Tanda
titik dipakai
pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
Contoh:
·
Irwan S.
Gatot
·
George
W. Bush
Apabila
nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Dwiki Halla
Contoh: Dwiki Halla
3. Tanda
titik dipakai
pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Contoh:
·
Dr.
(doktor)
·
S.E.
(sarjana ekonomi)
·
Kol.
(kolonel)
·
Bpk.
(bapak)
4. Tanda
titik dipakai
pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang
terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
Contoh:
·
dll.
(dan lain-lain)
·
dsb.
(dan sebagainya)
·
tgl.
(tanggal)
·
hlm.
(halaman)
5. Tanda
titik dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka
waktu.
Contoh:
Contoh:
·
Pukul
7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
·
0.20.30
jam (20 menit, 30 detik)
6. Tanda
titik dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
7. Tanda
titik tidak
dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Contoh:
·
Nama
Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
·
Nomor
Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
8. Tanda
titik tidak
dipakai dalam
singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah
diterima oleh masyarakat.
Contoh:
Contoh:
·
DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat)
·
SMA
(Sekolah Menengah Atas)
·
PT
(Perseroan Terbatas)
·
WHO
(World Health Organization)
·
UUD
(Undang-Undang Dasar)
·
SIM
(Surat Izin Mengemudi)
·
Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
·
rapim
(rapat pimpinan)
9. Tanda
titik tidak
dipakai dalam
singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
contoh:
contoh:
·
Cu
(tembaga)
·
52 cm
·
l
(liter)
·
Rp350,00
10.
Tanda titik tidak
dipakai pada
akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan
sebagainya.
contoh:
contoh:
·
Latar
Belakang Pembentukan
·
Sistem
Acara
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai
di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum "dan"]
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. [Catatan: dengan koma sebelum "dan"]
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan. [Catatan: tanpa koma sebelum "dan"]
2. Tanda
koma dipakai
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya,
yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3a.
Tanda koma dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
Contoh:
·
Kalau
hari hujan, saya tidak akan datang.
·
Karena
sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b.
Tanda koma tidak
dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4. Tanda
koma dipakai
di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada
awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi
pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
Contoh:
·
Oleh
karena itu, kamu harus datang.
·
Jadi,
saya tidak jadi datang.
5. Tanda
koma dipakai
di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada
awal kalimat.
contoh:
contoh:
·
O,
begitu.
·
Wah,
bukan main.
6. Tanda
koma dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".
7. Tanda
koma dipakai
di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
Contoh:
·
Medan,
18 Juni 1984
·
Medan,
Indonesia.
8. Tanda
koma dipakai
untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
9. Tanda
koma dipakai
di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
10.
Tanda koma dipakai
di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang, S.E.
contoh: Rinto Jiang, S.E.
11.
Tanda koma dipakai
di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.
Contoh:
Contoh:
·
33,5 m
·
Rp10,50
12.
Tanda koma dipakai
untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
13.
Tanda koma dipakai
untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
14.
Tanda koma tidak
dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.
contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara
di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda
titik dua dipakai
pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Contoh:
·
Kita
sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
·
Fakultas
itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda
titik dua dipakai
sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Axel
Wakil Ketua : Putri
Sekretaris : Helena
Wakil Sekretaris : Michelle
Bendahara : Tio
Wakil bendahara : Dikel
Contoh:
Ketua : Axel
Wakil Ketua : Putri
Sekretaris : Helena
Wakil Sekretaris : Michelle
Bendahara : Tio
Wakil bendahara : Dikel
3. Tanda
titik dua dipakai
dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex : "Siap, Boss!"
4. Tanda
titik dua dipakai
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam
kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
5. Tanda
titik dua dipakai
untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
6. Tanda
titik dua tidak
dipakai kalau
rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda
hubung menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
2. Tanda
hubung menyambung
huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
Contoh:
·
p-e-n-g-u-r-u-s
·
8-4-1973
3. Tanda
hubung dapat
dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
Bandingkan:
·
ber-evolusi
dengan be-revolusi
·
dua
puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
·
Istri-perwira
yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
4. Tanda
hubung dipakai
untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan
rangkap.
Contoh:
Contoh:
·
se-Indonesia
·
hadiah
ke-2
·
tahun
50-an
·
ber-SMA
·
KTP-nya
nomor 11111
·
sinar-X
·
Menteri-Sekretaris
Negara
5. Tanda
hubung dipakai
untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
Contoh:
·
di-charter
·
pen-tackle-an
6. Tanda
hubung
digunakan menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
baris.
Contoh:
·
Ayahku
bekerja di rumah sa-kit.
·
Guru itu
sedang me-nulis di depan kelas.
F. Tanda Pisah (-,-)
1a.
Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
1b.
Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
2a.
Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang
berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau
'sampai'.
Contoh:
Contoh:
·
1919–1921
·
Medan–Jakarta
·
10–13
Desember 1999
2b.
Tanda pisah en (–) tidak
dipakai bersama
perkataan dari dan antara, atau bersama tanda
kurang (−).
Contoh:
Contoh:
·
dari
halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
·
antara
tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
·
−4
sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C
G. Tanda Elipsis (...)
. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk
menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah
kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan
teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda
tanya dipakai
pada akhir tanya.
Contoh:
Contoh:
·
Kapan ia
berangkat?
·
Saudara
tahu, bukan?
Penggunaan
kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
2. Tanda
tanya dipakai
di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau
yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Contoh:
·
Ia
dilahirkan pada tahun 1683 (?).
·
Uangnya
sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I. Tanda Seru(!)
Tanda
seru dipakai
sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Contoh:
·
Alangkah
mengerikannya peristiwa itu!
·
Bersihkan
meja itu sekarang juga!
·
Sampai
hati ia membuang anaknya!
·
Merdeka!
Oleh
karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan
ilmiah atau ensiklopedia. Hindari
penggunaannya kecuali
dalam kutipan atau transkripsi drama.
J. Tanda
Kurung ((...))
1. Tanda
kurung mengapit
keterangan atau penjelasan.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
2. Tanda
kurung mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:
Contoh:
·
Satelit
Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit
domestik di Indonesia.
·
Pertumbuhan
penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam
pasaran dalam negeri.
3. Tanda
kurung mengapit
huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
Contoh:
·
Kata cocaine diserap
ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
·
Pembalap
itu berasal dari (kota) Medan.
4. Tanda
kurung mengapit
angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang
berturut-turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
Contoh:
·
Tidak
tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy
Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
·
Tepat:
Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv,
merupakan seorang pemimpin Ukraina.
·
Tepat:
Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin Ukraina. Dia juga
dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.
K. Tanda
Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di
dalam naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
L. Tanda
Petik (“..”)
1. Tanda
petik mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lain.
Contoh:
Contoh:
·
"Saya
belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
·
Pasal 36
UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2. Tanda
petik mengapit
judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Contoh:
·
Bacalah
"Bola Lampu" dalam buku Dari
Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
·
Karangan
Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA"
diterbitkan dalam Tempo.
·
Sajak
"Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
3. Tanda
petik mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
Contoh:
·
Pekerjaan
itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
·
Ia
bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama
"cutbrai".
4. Tanda
petik penutup mengikuti
tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5. Tanda
baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat
atau bagian kalimat.
Contoh:
Contoh:
·
Karena
warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
·
Bang
Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
M. Tanda Petik Tunggal (‘....’)
1. Tanda
petik tunggal mengapit
petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Contoh:
·
Tanya
Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
·
"Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa
letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
2. Tanda
petik tunggal mengapit
makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'.
Contoh: feed-back 'balikan'.
N. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai
di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
Contoh:
·
No. 7/PK/1973
·
Jalan Kramat III/10
·
tahun anggaran 1985/1986
2. Tanda garis miring dipakai
sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai
tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
Contoh:
·
harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap
lembar)
·
kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
·
7/8 atau 7⁄8
·
xn/n!
Tanda garis miring sebaiknya tidak
dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda
bagi ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih
rumit, tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.
Contoh:
' alt="\textstyle\frac{x^n}{n!}"
class="mwe-math-fallback-image-inline tex" v:shapes="_x0000_i1034">
.
Contoh:
3. Tanda garis miring sebaiknya tidak
dipakai sebagai pengganti kata atau.
O. Tanda
Penyingkat (Apostrof)(‘)
Tanda
penyingkat menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
Contoh:
·
Ali 'kan
kusurati. ('kan = akan)
·
Malam
'lah tiba. ('lah = telah)
·
1
Januari '88 ('88 = 1988)
Sebaiknya
bentuk ini tidak
dipakai dalam
teks prosa biasa.
Sumber :
PILIHAN KATA (DIKSI)
Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada
pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara. Arti kedua,
arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga
setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas
terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata
dan gaya. Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang
utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat
menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya
penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan
karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran
menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap
pemilihan kata dan sintaks.
Diksi terdiri dari delapan elemen: Fonem, Silabel, Konjungsi, Hubungan, Kata benda, Kata kerja, Infleksi, dan Uterans.
Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh
keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas,
jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan
agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau
pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar
tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat
agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi
untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih
jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita
tersebut.
Jenis-jenis
Pengelompokkan Kata
Kelompok kata
dapat pula di klasifikasikan berdasarkan jenis kata yangmenjadi pembagian inti
pembentuknya, yaitu kelompok kata verbal, kelompok kataajektival, kelompok kata
nominal, kelompok kata pronominal, kelompok kataadverbial, kelompok kata
numeralia, dan kelompok kata introgativa.
a). Kelompok kata verbal adalah kelompok kata yang intinya
berupa kata kerja.
b). Kelompok kata ajektival adalah kelompok kata yang
intinya berupa katasifat.
c). Kelompok kata nominal adalah kelompok kata yang intinya
berupa kata benda
d).Kelompok kata pronominal adalah kelompok kata yang
intinya berupa kataganti.
e).Kelompok kata adverbial adalah kelompok kata yang intinya
berupa kataketerangan.
f).Kelompok kata numeralia adalah kelompok kata yang intinya
berupa kata bilangan
g).Kelompok kata introgativa adalah kelompok kata yang
intinya berupa katatanya.
h).Kelompok kata preposisional adalah kelompok kata yang
intinya berupa katadepan.
Manfaat Diksi
1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata
denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip
dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan
juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima
dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
Contoh Kalimat Diksi
· Sejak
dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan
masyarakat
· Dia
adalah wanita cantik (denotatif)
· Dia
adalah wanita manis (konotatif)
· APBN
RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
· Kebenaran
(kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok,
yakni: masalah makna dan relasi makna :
• Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan
makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60)
terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna Leksikal :
makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera
/ makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna
leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati
diterkam kucing).
2. Makna Gramatikal : untuk menyatakan
makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak
bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna
“sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.
3. Makna Referensial dan
Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial perbedaannya
adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu
mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata
bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna
nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi
(bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
3. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya
yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan
tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna
konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral,
artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang
mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
e. Satuan semantic
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini,
metode ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang
paling kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik
kecil (dan sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau
kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata majemuk.
Dalam prakteknya, para ahli bahasa menggunakan campuran semua metode ini
untuk menentukan batas kata dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini,
definisi persis kata sering masih sangat sukar ditangkap.
Cara Memilih dan Mengelompokkan Kata
Pilihan
kata yang "terbaik" adalah yang memenuh isyarat (1)
tepat(mengungkapkan gagasan secara cermat), (2) benar (sesuai dengan kaidahkebahasaan),
dan (3) lazim pemakaiannya.Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada
beberapa cara yang harusdikuasai agar dapat memilih kata yang benar,
diantaranya :
a). Tepat
memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang
„diamanatkan‟
. b).
Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuaidengan
gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
c). Menguasai
sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimilikimasyarakat bahasanya,
serta mampu menggerakkan dan mendayagunakankekayaann yaitu menjadi
jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.
Syarat
ketepatan kata:
Syarat ketepatan pilihan kata yaitu kita memilih kata yang tepat untukmenyatakan
sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalamdunia
karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilihkata yang
setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat laridari
kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaiankata-kata.
Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Berikut
merupakan syarat-syarat ketepatan pilihan kata:
a)
Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat.
b)
Membedakan secara cermat makna kata yang hampir
bersinonim, misalnya:adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya
berbeda-beda.
c)
Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip
ejaanya, misalnya:infrensi (kesimpulan) dan iterefrensi (saling mempengaruhi).
d)
Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif
berdasarkan pendapatsendiri.
e)
Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan).
f)
Menggunakan kata-kata idiomatic berdasarkan susunan
(pasangan) yang benar.
g)
Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
h)
Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat.
i)
Menggunkan dengan cermat kata bersinonim.
j)
Menggunakan kata abstrak dan konkrit secara cermat,
(Sugono, Dendy.2009)
Adapun
syarat-syarat kesesuaian diksi adalah:
a) Hindari
sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasiformal.
b) Gunakan
kata ilmiah hanya dalam situasi khusus saja.
c) Hindarilah
jargon dalam tulisan untuk pembaca umum
d) Penulis
atau pembicara sejauh mungkin menghindari kata-kata silang
e) Dalam
penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
f) Hindarilah ungkapan-ungkapan usang.
g) Jauhkan
kata-kata atau bahasa yang artifisial.
Pada
hakikatnya, memilih kata secara baik merupakan upaya agar pesan yanghendak
disampaikan dapat diterima secara tepat, (Adi, Tri. 2007)
Contoh Pemilihan dan Pengelompokkan Kata yang Benar
Contoh
jenis-jenis kelompok kata
1) Contoh
kelompok kata verbal
- berjalan
cepat
- berkata
benar
-sedang
membaca
2) Contoh
kelompok kata ajektival
-merdu
sekali
-sangat
indah
-aman
sejahtera
3) Contoh
kelompok kata nominal
-banyak
kemudahan
-siang dan
malam
-alam
anakku
4) Contoh
kelompok kata pronominal
-Kamu
sekalian
-Kau dan
aku
5) Contoh
kelompok kata adverbial
-lebih
kurang
6) Contoh
kelompok kata numeralia
-Tiga
belas
-Lima atau
enam
7) Contoh
kelompok kata introgativa
-apa dan
siapa
8) Contoh
kelompok kata preposisional
- bagi
dia, dengan ayah
-ketika
berlibur
Contoh
syarat ketepatan pilihan kata:
1).Dapat
membedakan antara denotasi dan konotasi. Contoh:
- Bunga
mawar
-Bunga
bank
2) Dapat
membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
-Pengubah
-Peubah
3) Dapat membedakan kata-kata yang hampir
mirip ejaanya.Contoh :
-Intensif
- insetif
- Preposis - Proposisi
4) Dapat
memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak. Contoh :
-Kebijakan
-Kebajikan
-Kebijaksanaan
5)Dapat memakai kata penghubung yang berpasang secara tepat.Contoh:
- Antara….dan….
- Tidak….tetapi…
Sumber :