Ilustrasi perang antar suku di Papua
Ilustrasi perang antar suku di Papua (sumber: Antara)
Jakarta - Pertikaian antar sesama suku Nduga, di Wamena, Papua berlanjut pada Kamis (30/5) sekitar pukul 07.45 WIT.
Akibatnya satu orang tewas dan 22 orang terluka dari kelompok Elekma Bawah. Sedangkan dari kelompok Elekma Atas satu orang tewas dan enam orang terluka.
"Sempat terjadi perang selama 2 jam hingga sekitar pukul 09.45 WIT. Upaya Polri melakukan penyekatan dan penjagaan serta himbauan untuk tidak melanjutkan perang," kata Kabag Penum Polri Kombes Agus Rianto di Mabes Polri Kamis siang.
Sebelumnya bentrok juga terjadi pada Rabu (29/5) malam di Jalan Raya Hawai Sentani, Jayapura, Papua yang menyebabkan meninggalnya anggota DPRD Nduga Eka Tambuni.
Nduga merupakan pemekaran dari Kabupaten Wamena.
Ada tiga orang yang diduga sebagai pelaku yakni LG, IW (19), dan NA (25). Ketiga tersangka tersebut beralamat di Ndunga.
"Hasil pemeriksaan penyidik, peristiwa tersebut tindak lanjut dari kejadian pada tanggal 3 Maret 2013 lalu yakni saat saudara Eka dianggap merupakan salah satu pelaku pembunuhan Yustinus," beber Agus.
Buntut dari peristiwa itu keluarga korban melakukan aksi balas dendam yang terus berkembang hingga Rabu sore kemarin saat terjadi bentrokan antara dua kelompok warga masyarakat.
"Di Papua terdapat lebih dari 200 suku. Bentrok kemarin juga mengakibatkan dua orang menjadi korban, dengan luka pada bahu dan paha kiri yang terkena anak panah," beber Agus.
Kini polisi masih berupaya menenangkan massa dari kedua kelompok.
Penulis: Farouk Arnaz/AF
sumber: http://www.beritasatu.com/nusantara/116801-perang-antar-suku-pecah-di-wamena-tiga-orang-tewas.html

>> OPINI
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak kebudayaan suku, bahasa dan adat, hal ini melatar belakangi banyaknya perbedaan corak perilaku manusia di Indonesia. Sebagian besar masyarakat di Indonesia mungkin sudah bertoleransi dengan perbedaan-perbedaan tersebut, tetapi ada sebagian masyarakat Indonesia yang belum bisa saling bertoleransi. Sebagai contoh perang antar suku dalam berita diatas, masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara musyawarah harus diselesaikan dengan cara yang bisa dikatakan dengan cara kuno. Faktor sifat kekeluargaan yang masih sangat kental terutama didaerah timur bisa menjadi pendorong terjadinya perang suku, misalnya saja jika ada salah satu dari suku tersebut terlibat masalah dengan suku lain ini menjadi masalah semua anggota suku tersebut yang cara penyelesainnya tidak menggunakan otak tetapi menggunakan kekuatan otot. Selain sifat kekeluargaan daerah timur masih kental, pola berpikir dari masyarakat daerah timur juga masih terbilang kuno dan tertinggal jauh dibanding dengan masyarakat di pulau jawa yang sudah berkembang cara berpikir dan pola kehidupan. Menurut opini saya penyelesaian dari konflik perang suku ini tidak banyak yang bisa dilakukan, mungkin hanya bisa bertoleransi dalam aksi perdamaian antar suku, karena bagaimanapun cara kita melakukan pendekatan kepada suku-suku yang sering terjadi konflik tersebut mereka juga akan tetap berpegang teguh pada aturan-aturan adat.